NAMA : GUNAWAN WIBISONO
NPM
: 3312206
KELAS: 2ID04
KELAS SOSIAL
DALAM MASYARAKAT
1.1 Pengertian
Kelas Sosial
Kelas
sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan hierarkis
(atau stratifikasi) antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau
budaya. Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki golongan sosial, namun tidak
semua masyarakat memiliki jenis-jenis kategori golongan sosial yang sama.
Berdasarkan karakteristik stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa
pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional
pemburu-pengumpul, tidak memiliki golongan sosial dan seringkali tidak memiliki
pemimpin tetap pula. Oleh karena itu masyarakt seperti ini menghindari
stratifikasi sosial.Dalam masyarakat seperti ini, semua orang biasanya
mengerjakan aktivitas yang sama dan tidak ada pembagian pekerjaan.
1.2 Strata
Sosial
Di
dalam kehidupan masyarakat, pada hakekatnya tak lebih dari pertentangan
kelas sosial, yakni pertentangan antar masyarakat kelas dominan (borjuis) dan
masyarakat kelas subordinat ( proletar).
Pertentangan kelas sendiri dapat dimanifeskan sebagi suatu usaha yang ditempuh
oleh kaum proletar dalam usahanya guna menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat tanpa tebang pilih dan menghapuskan kelas-kelas social dalam
masyarkat.
Pertentangan kelas ini terjadi bukan tanpa sebab, jika kita merujuk pada perkembangan sejarah manusia bahwasanya pertentangan kelas ini telah di mulai sejak era masyarakat primitive,kuno,feodal sampai dengan masyarakat post-modernisme.
Sumberdaya alam yang jumlahnya tebatas dan berubahnya pola konsumsi masyarakat menjadi salah satu pendorong untama munculnya kelas-kelas social. Jika dahulu masyarakat hanya mengkonsumsi barang sesuai dengan apa yang ia butuhkan namun berbeda dengan yang terjadi sekarang ini, di era moderinisasi, masyarakat mengkonsumsi barang bukan hanya melihat dari segi nilai guna barang tersebut, namun lebih kepada prestise yang terdapat pada barang tersebut. Berbicara ke-2 kelas diatas yakni kelas dominan dan subordinat, kita akan membahasnya secara lebih terperinci :
Pertentangan kelas ini terjadi bukan tanpa sebab, jika kita merujuk pada perkembangan sejarah manusia bahwasanya pertentangan kelas ini telah di mulai sejak era masyarakat primitive,kuno,feodal sampai dengan masyarakat post-modernisme.
Sumberdaya alam yang jumlahnya tebatas dan berubahnya pola konsumsi masyarakat menjadi salah satu pendorong untama munculnya kelas-kelas social. Jika dahulu masyarakat hanya mengkonsumsi barang sesuai dengan apa yang ia butuhkan namun berbeda dengan yang terjadi sekarang ini, di era moderinisasi, masyarakat mengkonsumsi barang bukan hanya melihat dari segi nilai guna barang tersebut, namun lebih kepada prestise yang terdapat pada barang tersebut. Berbicara ke-2 kelas diatas yakni kelas dominan dan subordinat, kita akan membahasnya secara lebih terperinci :
•Kelas
Dominan
Kelas dominan atau sering disebut masyarakat borjouis dapat juga disebut kelas masyarakat yang memiliki berbagai factor- factor produksi ( Tanah, SDA, Modal, alat produksi, dsb ), masyarakat kelas dominan ini biasanya berjumlah lebih sedikit dibanding dengan kelas masyarakat subordinat.
Kelas dominan atau sering disebut masyarakat borjouis dapat juga disebut kelas masyarakat yang memiliki berbagai factor- factor produksi ( Tanah, SDA, Modal, alat produksi, dsb ), masyarakat kelas dominan ini biasanya berjumlah lebih sedikit dibanding dengan kelas masyarakat subordinat.
•Kelas Subordinat
Kelas Subordinat atau masyarakat proletar (kelas pekerja) yakni kelas masyarakat yang tidak memiliki factor-faktor produksi, masyarakat kelas ini hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang orientasinya memberikan nilai lebih kepada para pemegang factor-faktor produksi, Kelas masyarakat ini jumlahnya lebih banyak jika dibanding dengan masyarakat borjouis.
Pasca meletusnya peristiwa revolusi industri di
Prancis pada abad ke-19, pertentangan kelas ini semakin begitu terasa dalam
kehidupan social masyarakat. Revolusi industry yang dimulai di Prancis kian
hari kian menjangkit ke seluruh Negara dibelahan dunia. Abad tersebut merupakan
babak baru pertentangan kelas dalam masyarakat yang tak dapat terelakan lagi,
hal ini berimbas pada kian mantapnya pertentangan kelas social dalam kehidupan
masyarakat. Jika kita mengacu pada hakekat manusia maka tidak menjadi sebuah
pembenaran jika di dalam masyarakat terdapat sekat-sekat yang mengkoptasikan
masyarakat menjadi kelas-kelas social, karena pada dasarnya semua manusia
mempunyai kedudukan dan hak yang sama, yang menjadi pembeda hanya peran yang
mereka lakoni dalam dunia yang paradoksal ini. Dan pada puncakanya pertentangan
kelas dominan dan subordinat dari masa ke masa tak akan pernah usai, jika kita
sebagai subyek dari kelas tersebut tak pernah sadar dimana kita akan
memposisikan diri dalam ke-2 jenis kelas tersebut, sehingga untuk mencapai masyarakat
tanpa kelas masih akan menjadi sebuah keniscayaan.
1.3 Faktor
Penentu Kelas sosial
Apakah
yang menyebabkan seseorang tergolong ke dalam suatu kelas sosial tertentu?
Jawaban terhadap pertanyaan tersebut sangat beragam, karena strata sosial dalam
masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat itu sendiri atau terjadi dengan sengaja disusun untuk
mengejar tujuan¬tujuan atau kepentingan-kepentingan bersama. Secara ideal semua
manusia pada dasarnya sederajat. Namun secara realitas, disadari ataupun tidak
ada orang-orang yang dipandang tinggi kedudukannya dan ada pula yang dipandang
rendah kedudukannya. Dalam istilah sosiologi kedudukan seseorang dalam
masyarakat disebut status atau kedudukan sosial (posisi seseorang dalam suatu
pola hubungan sosial yang tertentu). Status merupakan unsur utama pembentukan
strata sosial, karena status mengandung aspek struktural dan aspek fungsional.
Aspek struktural adalah aspek yang menunjukkan adanya kedudukan - tinggi dan
rendah dalam hubungan antar status. Aspek fungsional, yaitu aspek yang
menunjukkan adanya hak-hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
penyandang status. Talcott Persons, menyebutkan ada lima menentukan tinggi
rendahnya status seseorang, yaitu:
1. Kriteria
kelahiran (ras, kebangsawanan, jenis
kelamin),
2. Kualitas atau mutu pribadi (umur, kearifan atau kebijaksanaan),
3. Prestasi (kesuksesan usaha, pangkat),
4. Pemilikan atau kekayaan (kekayaan harta benda)
2. Kualitas atau mutu pribadi (umur, kearifan atau kebijaksanaan),
3. Prestasi (kesuksesan usaha, pangkat),
4. Pemilikan atau kekayaan (kekayaan harta benda)
Beberapa
Indikator Lain Yang Berpengaruh Terhadap Pembentukan Kelas Sosial
a. Kekayaan
a. Kekayaan
Untuk
memahami peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita harus
menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara
hidup. Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup
atau pola hidup tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup tersebut
diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran untuk menopang cara hidup
kelas sosial tertentu. Sebagai contoh: dalam kelas sosial atas tentunya
diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut tata cara kelas sosial
tersebut. Namun demikian, jumlah uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera
mendapatkan status kelas sosial atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin
mempunyai banyak uang, tetapi mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan
cara hidup orang kelas sosial atas. OKB yang tidak dilahirkan dan
disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas sosial atas, maka dapat dipastikan
bahwa sekali-sekali ia akan melakukan kekeliruan, dan kekeliruan itu akan
menyingkap sikap kemampuannya yang asli. Untuk memasuki suatu status baru, maka
dituntut untuk memiliki sikap, perasaan, dan reaksi yang merupakan kebiasaan
orang status yang akan dituju, dan hal ini diperlukan waktu yang tidak
singkat.
b. Pekerjaan
Dengan
semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan
tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu
lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat
pada masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan
memandang rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi Jerman bersikap
sebaliknya. Mengapa suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih
tinggi daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah
lama menarik perhatian para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang
berprestise tinggi pada umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi; meskipun
demikian terdapat banyak pengecualian (?). Jenis-jenis pekerjaan yang
berprestise tinggi pada umumnya memerlukan pendidikan tinggi, meskipun
korelasinya masih jauh dari sempuma. Demikian halnya pentingnya peran suatu
jenis pekerjaan bukanlah kriteria yang memuaskan sebagai faktor determinan
strata sosial, Karena bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan
seorang petani atau polisi kurang berharga bagi masyarakat daripada pekerjaan
seorang penasihat hukum atau ahli ekonomi ? Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang
prestisenya rendah itulah yang mungkin merupakan pekerja yang memiliki peran
penting dari semua pekerja dalam peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek
strata sosial yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang
berkaitan dengan pekerjaan.
c. Pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan sangat berpengaruh pada kelas social di masyarakat saat ini. saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang. Dalam beberapa hal, pendidikan malah lebih penting daripada pekerjaan. De Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor. Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat pendidikan mereka sebanding
Kelas sosial dan pendidikan sangat berpengaruh pada kelas social di masyarakat saat ini. saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang. Dalam beberapa hal, pendidikan malah lebih penting daripada pekerjaan. De Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan perilaku sosial para pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor. Namun demikian, perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat pendidikan mereka sebanding
http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-status-sosial-kelas-sosial-stratifikasi-diferensiasi-dalam-masyarakat